Sunday 12 May 2013

Tugas Teknologi Pengembangan Media



Studi  Sanitasi Kesehatan Lingkungan Masyarakat
Di Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009*

Rina Nurlaeli Hidayanti
Mahasiswa Semester VI Ilmu Kesehtan Masyarkat (S1) Stikes Jendral Achmad Yani Cimahi

Abstract
This Research type is descriptive survey that is research instructed for the mendeskripsikan of or elaborate an circumstance in community or society.
Research Target  To obtain get the Environmental picture Sanitasi Health of Society In Subdistrict of Bondoala of Regency of Konawe Province of Sulawesi of Year South-East 2009 evaluated from clean water source. This research is executed at society of Subdistrict of Bondoala Kab. Konawe of Province of South-East Sulawesi of commencing from date of 5 juli up to 10 year August 2009 with the amount sample 97 Family Head. Result of this research is obtained that Management of scum of the earth of Subdistrict of Bondoala year 2009, clean water of society of Subdistrict of Bondoala year 2009, from from 97 responder of there are as much 34 ( 35, 05 %) responder own the ready medium type of clean water in the form of well dig, there are 6 ( 6, 19 %) responder own the ready medium type of clean water in the form of well drill and there are 57 ( 58, 76 %) responder own the ready medium type of clean water come from river. While to categorize the ready sanitation [f clean water of showing that from 97 responder of there are as much 8 ( 8, 25 %) responder own ready of up to standard clean water of health and there are 89 ( 91, 75 %) responder own ready of ineligible clean water of health.

Kata Kunci : Sanitasi, Sarana air Bersih, Kesehatan Lingkungan, Masyarakat

I. PENDAHULUAN
            Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujut derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup sehat dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2002).
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan, salah satu kebijakan adalah penyelenggaraan kesehatan yang terpadu dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan dengan perioritas utama pada pencegahan pemberantasan penyakit menular (Anonim, 2004).
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis, dan keturunan, yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang selalu memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat dipedesaan maupun diperkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan, dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi demikian pendapat seorang ahli H.L Blum (1974). Read More..
Lingkungan sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan komunitas pemijaknya, di salah satu sisi menjadi sarana kehidupan namun pada kondisi lain dapat menjadi sumber dari hadirnya berbagai penyakit yang dapat mengancam kehidupan manusia dan mahluk lainya. Lahirnya berbagai penyakit sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari kondisi lingkungan dimana komunitas sumber penyebab penyakit (Agent) berada. Kondisi kehadiran sumber penyebab penyakit sangat bergantung pada lingkungan (air, tanah, udara, tumbuhan serta manusia). Keberadaan air di sekitar manusia sangat berguna bagi kelangsungan hidup kita, namun disisi lain ketersediaan air juga menjadi salah satu sumber penyebab penyakit. Misalnya air yang telah terkontaminasi oleh adanya berbagai benda (materi) asing sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga atau lingkungan industri (kandungan logam berat, detergen, sampah dengan berbagai jenis macamnya, termasuk buangan limbah radioaktif), yang dapat merubah tatanan kandungan air yang layak untuk dikonsumsi masyarakat dapat menyebabkan bergabai penyakit diantarannya ; diare, scabies, iritasi pada kulit dan lain-lain.
Laporan WHO menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap lebih dari 80 % penyakit-penyakit tersebut. Lebih jauh lagi, nampaknya secara kuantitatif hanya risiko faktor lingkungan tersebut yang dapat berubah. Dengan mengoptimalkan langkah terhadap faktor lingkungan, jutaan kematian dapat dicegah tiap tahun, yang juga patut diperhatikan adalah perlunya kerjasama dengan sector yang memilki keterkaitan erat dengan faktor lingkungan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu derajat kesehatan, disamping beberapa variabel lainnya seperti perilaku, keberadaan pelayanan kesehatan dan herediter. Senada dengan hal tersebut, menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.
Berbagai upaya kesehatan lingkungan telah dilaksanakan pemerintah hingga saat ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diantaranya penyediaan sarana dan prasarana air bersih di kawasan-kawasan yang belum terjangkau. Selain itu pembangunan pemukiman penduduk yang berwawasan lingkungan melalui program perumahan nasional, penyediaan sarana pembuangan limbah padat dan limbah cair, pemberian bantuan jamban keluarga, penyuluhan kesehatan lingkungan masih terus dilaksanakan, namun sanitasi lingkungan di Indonesia sampai saat ini masih belum mencapai komdisi yang diinginkan.
Berdasarkan uraian dan gambaran kenyataan-kenyataan diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melalukan riset tentang gambaran kondisi sanitasi kesehatan lingkungan masyarakat di Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009.

II. Tinjauan Pustaka
II.1. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan
Menurut Slamet ( 1994 ) sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen – elemen di alam tersebut.
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ada dua cara positif dan negatif. Pengaruh positif, karena didapat elemen yang menguntungkan hidup manusia seperti bahan makanan, sumber daya hayati yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya seperti bahan baku untuk papan, pangan, sandang, industi, mikroba dan serangga yang berguna dan lain-lainnya.
Adapula elemen yang merugikan seperti mikroba patogen, hewan dan tanaman beracun, hewan berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir penyebab dan penyebar penyakit. Secara tidak langsung pengaruhnya disebabkan elemen-elemen didalam biosfir banyak dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraanya. Semakin sejahtera manusia, diharapkan semakin naik pula derajat kesehatannya. Dalam hal ini, lingkungan digunakan sebagai sumber bahan mentah untuk berbagai kegiatan industri kayu, industri meubel, rotan, obat-obatan, papan, pangan, fermentasi dan lain-lainnya.

II.5. Tinjauan Umum tentang Penyediaan Air Bersih
Pengertian
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Tidak hanya karena sekitar 80 % tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi juga karena di dalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia ( Hasyim, 2000 )
  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416/Menkes/Per/XI/1990 bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut :
1.      Syarat kualitas terdiri atas  :
a.       Syarat fisik : bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b.      Syarat kimia : tidak mengandung zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan.
c.       Syarat biologis : tidak mengandung organisme patogen.
d.      Syarat radioaktif : bebas dari sinar alfa dan sinar beta.
2. Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup   dengan memperoleh 60 liter/hari/orang, sedangkan daerah perkotaan 100 – 150 liter/hari/orang.
Penggolongan penyakit yang berhubungan dengan air menurut bentuk   infeksi dan rute transmisi oleh Bradley ( Hasyim, 2000 )
1.      Water Borne Disease, Jenis penyakit yang ditularkan atau disebarkan akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia atau air seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut antara lain : cholera, thypoid, basillary dysentry, weil’s disease.
2.      Water Washed Diseas, Jenis penyakit yang ditransmisikan dengan masuknya air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh secara langsung  ( fecal oral ) akibat penyedian air bersih dan untuk pencucian alat atau benda yang digunakan kurang secara kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada kelompok ini adalah : Bacterial Ulcers ( bisul ), Scabies ( kudis ), Trachoma ( terserang pada mata ).
3.      Water Based Disease, Penyakit akibat organisme patogen yang sebagian siklus hidupnya dalam air  atau host sementara yang hidup dalam air. Penyakit yang masuk dalam golongan ini adalah Schistosimiasis, cacing Guinea.
4.      Insect Water Related, Penyakit yang disebabkan oleh insekta yang berkembangbiak atau  memperoleh makanan di sekitar air sehingga insiden – insidennya dapat dihubungkan dengan dekatnya sumber air yang cocok, misalnya penyakit malaria dan oncohocersiasis ( river blindness ).
III. Metode Penelitian
Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat. Pada penelitian ini akan dilihat gambaran Sanitasi Kesehatan Lingkungan Masyarakat Di Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 ditinjau dari sarana penyediaan air bersih.
Lokasi Penelitian
        Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 bertempat di Kecamatan Bondoala Kab. Konawe Tahun 2009.
Populasi  dan Sampel
    1. Populasi
              Populasi dalam penelitian ini adalah semua Kepala Keluarga di Kecamatan Bondoala
      Kabupaten Konawe Tahun 2009 yang berjumlah 2294 KK.
     2. Sampel
Sampel adalah   populasi  yang terpilih  sebagai sampel  .
(1)   Metode sampling  yang di gunakan  adalah Simple Random Sampling. 
(2)   Besar sampel di tentukan dengan  menggunakan  rumus  :

             NZ2PQ                                                                                     
n =
    d2 ( N – 1 ) + Z2PQ
                                   
            Ket      : n  = Besar sample
                          N = Jumlah populasi
                          d = Tingkat kemaknaan, digunakan 0,1
                          Z = SD normal 1,96
                        P = Dugaan proporsi ( 50 % )
Q = 1 - P

(2294) (1,96)2 (0,5) (0,5)
     n =
(0,1)2(2294– 1) + (1,96)2 (0,5) (0,5)

2203.1576
        n =
22.93

n =    96, 08

n = 97 orang

IV.4.  Pengumpulan Data
    1. Data primer
Diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan  kuesioner
     2. Data Sekunder
   Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Seperti kantor Desa, BPS  dan lain – lain

V.1. Pengolahan, Analisisis Data dan Penyajian Data
     1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS Versi 11,5
2. Analisi Data
                     Untuk menghitung  persentase  digunakan bentuk  sebagai berikut :
Data dianalisa berdasarkan distribusi frekwensi :

                            F X 100 %
P =
                                N
            P = Persentase
            F = Frekwensi
            N = Jumlah sampel
     3. Penyajian Data
  Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan diinterpretasikan dalam bentuk   narasi.
              
IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
      Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Penyediaan air bersih adalah sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk dalam memenuhi kebutuhan air. Sumber air bersih terdiri dari sumur bor, sumur gali, ledeng, penampungan air hujan dan air sungai.
Adapun distribusi responden menurut kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah dapat dilihat pada tabel  12 berikut :
Tabel 12.
Distribusi Responden menurut jenis sarana Penyediaan Air Bersih Pada Masyarakat Kecatamatan Bondoala Kabupaten Konawe Tahun 2009
Jenis Sarana Penyediaan Air Bersih
Jumlah (n)
Persentse
(%)
Perpipaan (PAM)
Penampungan air Hujan
Sumur Gali
Sumur Bor
Sungai
0
0
34
6
57
0
0
35.05
6, 19
58,76
Jumlah
97
100.
Sumber : Data Primer tahun 2009

Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukan bahwa, dari 97   responden terdapat sebanyak 34 (35, 05 %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berupa sumur gali, terdapat 6 (6, 19  %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berupa sumur bor  dan terdapat 57 (58, 76 %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berasal dari sungai.
Jenis sarana penyediaan air bersih yang dimiliki oleh penduduk sangat beragam mulai dari sumur gali, sumur bor dan sungai. Jenis sarana penyediaan air bersih yang paling banyak digunakan adalah sumber air bersih dari sungai dibanding sumur gali dan sumur bor. Umumnya masyakat masih kesulitan memiliki sumber air bersih karena kondisi fisik air yang keruh utamanya dari sungai. Disisi lain sebagian kondisi fisik air sumur tidak layak konsumsi karena keruh akibat sumur tidak memiliki cincin, berwarna kuning, dan jumlah debit air terbatas di musim kemarau.
Adapun distribusi responden menurut kondisi sanitasi penyediaan air bersih dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Tabel 13.
Distribusi Responden menurut kondisi sanitasi Penyediaan Air Bersih Pada Masyarakat Kecatamatan Bondoala Kabupaten Konawe Tahun 2009
Kategori Sanitasi
Penyediaan Air Bersih
Jumlah
%
Memenuhi syarat
8
8, 25
Tidak memenuhi syarat
89
91, 75
Total
97
100
  Sumber :  Data Primer
Berdasarkan Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa, dari 97 responden terdapat sebanyak 8 (8, 25 %) responden memiliki penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan terdapat 89 (91, 75 %) responden memiliki penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
                                    Berbagai penyakit yang paling umum dari semua penyakit yang berhubungan dengan air yang paling berbahaya dalam skala global mencakup penyakit yang ditularkan atau disebabkan akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia atau urine. Penyakit ini, infeksi atau penularannya dapat terjadi apabila organisme patogen mencapai jalan masuk kedalam air kemudian dikonsumsi oleh orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Penyakit yang berhubungan dengan air meliputi ; cholera, infecious hepatitis, leptospurosis, typhoid, amoebic dysentry dan lain-lain.
Terdapat beberapa alasan mengapa masyarakat belum membangun sarana penyediaan air bersih karena adanya beberapa faktor :
1.    Sumber air diperoleh dari sungai terdekat.
Sebagian penduduk mendapatkan sumber air bersih dari aliran sungai yang keruh, ini dilakukan karena sulitnya mendapatkan air karena masih jarangnya/tidak adanya sumur dan mahalnya biaya pembuatan sumur.
Sumber air dari sungai menjadi pilihan pemenuhan penyediaan air bersih baik untuk mencuci, mandi dan minum.
2.    Sumur selalu longsor.
Faktor lain adanya kesulitan pembuatan sumur gali karena kondisi tanah yang labil dan sering longsor.
3.    Tidak ada biaya.
Faktor lain adanya kesulitan pembuatan sumur gali karena masyarakat yang miskin, sulit ekonomi sehingga mereka tidak cukup atau tidak punya biaya untuk pembuantan sumur.
4.    Tidak adanya air perpipaan yang disediakan pemerintah.
Tidak adanya atau Kurangnya perhatian pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat ini akan berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat, apalagi kebutuhan air pada musim kemarau dimana pasokan air bersih pada sumur dan sungai berkurang. Bila kondisi tersebut berlangsung terus-terusan terjadi maka kejadian penyakit akan meningkat. Penularan penyakit akibat kekurangan air sangat mudah terjadi utamanya penyakit kulit. Konsumsi air tidak sehat akan menyebakan diare, dan hal ini dapat berdampak pada kematian dan penulran penyakit akan cepat.

V. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Berdasarkan  hasil penelitian yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan  bahwa Penyediaan air bersih masyarakat Kecamatan Bondoala tahun 2009, dari dari 97 responden terdapat sebanyak 34 (35, 05 %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berupa sumur gali, terdapat 6 (6, 19  %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berupa sumur bor dan terdapat 57 (58, 76 %) responden memiliki jenis sarana penyediaan air bersih berasal dari sungai. Sedangkan untuk kategori sanitasi penyediaan air bersih menunjkkan bahwa dari 97 responden terdapat sebanyak 8 (8, 25 %) responden memiliki penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan terdapat 89 (91, 75 %) responden memiliki penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Saran
1.      Diharapkan kepada masyarakat agar membangun sumur gali atau menggunakan saringan pasir untuk menjernihkan air sumur dan air sungai yang keruh. Bagi pemerintah kabupaten diharapkan menyediakan sarana perpipaan untuk melayani masyarakat yang masih sulit mendapatkan air bersih utamanya kegiatan MCK.
2.      Karena banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan kepada peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini dapat meneliti tentang kejadian penyakit yang sering muncul akibat sanitasi lingkungan yang buruk.

Daftar Pustaka
Azwar, Asrul, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara, Jakarta, 1990
Daud, Anwar., Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan, FKM UH Makassar, 1999
Djaffar, Hasyim, Penyediaan Air Bersih, FKM UH Makassar, 2000
Daud, Anwar dan Rosman, Penyediaan Air Bersih, FKM, Makassar, 2001
Dachriah, Hubungan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Terjadinya Penularan Penyakit Tb Paru di Kabupaten Bantaeng, Tesis Pascasarjana Unhas, Makassar, 2004
Kusnoputranto, H, Air Limbah dan Ekskreta Manusia, Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD, 1997.
Koesmantoro, Hery., Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Jakarta, 1991
Madelan, Sistem Pengelolaan Sampah, Ujungpandang , Instalasi Penerbitan APK Muhammadiyah, 1995
Notoatmodjo, S, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Rusdi, Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Pola Penyakit Pada Masyarakat Sekitar Daerah Aliran Sungai Citra Mas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep, Makassar, 2003
Slamet, Juli S, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Presss, Yogyakarta, 2002.
Sihidi Zulaiha, Studi Tentang Sistem Penanganan Limbah Padat Rumah Tangga Pada Masyarakat Di Perumahan UNHALU Kambu Kendari, Makassar, 2003
Notoatmodjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
                      . 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta
Sugiyono. 1993.  Metode Penelitian Administratif. Alfabeta, Bandung.
SugiYono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta, Bandung.